Cari sekolah S2 dan beasiswa

Disclaimer: This post was in my draft since ages ago and I don’t know why I didn’t finish and published it. Semua yang saya alami ini sesuai dengan keadaan dan persyaratan beasiswa LPDP pada saat itu (2014), kemungkinan besar untuk sekarang sudah sangat berbeda. So, better check their website or ask their representatives for the newest scholarship information.

10662135_10204360209102269_5026128237766556375_o

This photo was taken at UoN campus dormitory for the welcoming week just so we can adjust with the new environment, Autumn 2014. 

Saat memutuskan ingin lanjut S2, saya mencoba browsing kesana kemari mencari sekolah dan jurusan yang diminati. Semenjak Tugas akhir S1 dulu saya memang tertarik dengan facade design atau yang berhubungan dengan sustainable building dan building technology. Kemudian, ada beberapa kampus yang saya incar yang memiliki jurusan yang saya minati ini. 2 di Belanda, 1 di Jerman, 1 di Hong kong, dan 1 di Singapore. Persyaratan di kampus-kampus ini juga kemudian dipelajari sehingga bisa dipersiapkan semua berkasnya.

Dua kali tes IELTS di Bandung, ternyata hasilnya kurang dari target dan persyaratan kampus incaran saya. Karena waktu yang sudah cukup mepet juga (saat itu bulan Maret 2014), akhirnya saya mencoba cari kampus lain dan muncullah jurusan Sustainable Building Technology di University of Nottingham (UoN), Inggris. Awalnya saya tidak pernah ngeh ada jurusan yang pas banget dengan minat saya, atau mungkin karena kampus di Inggris memang tidak pernah mampir di benak saya. Setelah mengurus semua persyaratan, termasuk motivation letter, recommendation letter dari Dosen waktu S1 juga Atasan waktu kerja, dan semua persyaratan yang disebutkan di website UoN, saya pun daftar langsung secara online. Selang beberapa minggu, Alhamdulillah saya mendapat LoA unconditional dari UoN.

Selain daftar ke UoN, saya juga daftar beasiswa KGSP dari pemerintah Korea Selatan yang akhirnya gagal. Mengikuti pameran pendidikan juga sangat bermanfaat. Sewaktu ada pameran pendidikan kampus Inggris, saya berkenalan dengan International Officer dari UoN yang sangat membantu saya saat pengurusan dokumen. Saat ada pameran pendidikan kampus Australia juga, akhirnya saya bisa mendapat LoA conditional dari Monash University. Alhamdulillah..

Berbekal LoA yang saya dapatkan dari UoN dan Monash, saya mencoba daftar beasiswa LPDP, Beasiswa Unggulan, dan beasiswa yang ditawarkan kampus. Namun LoA saja ternyata tidak cukup. LPDP saat itu mensyaratkan untuk beasiswa luar negeri, syarat IELTS harus 6.5 atau Toefl paper based 550 dan nilai saya belum mencapai keduanya. Tapi karena saat itu waktu pelaksanaan seleksi LPDP sudah sangat mepet, akhirnya saya daftar beasiswa untuk dalam negeri saja (pada waktu itu saya memasukkan tujuan kampus ITB walaupun belum melakukan pendaftaran), dengan harapan nanti jika saya lolos seleksi dan saya bisa mengejar persyaratan beasiswa LPDP LN, saya bisa mengajukan perpindahan universitas tujuan ke UoN atau Monash.

Sekitar bulan Juni 2014, saya lolos seleksi administrasi LPDP yang dilanjutkan dengan seleksi wawancara dan leaderless group discussion (LGD)Pewawancara saya saat itu 1 Bapak yang sepertinya dosen teknik, 2 orang ibu yang satu dosen dan yang satu lagi psikolog. Pertanyaan standar saat wawancara yang pasti adalah kenapa saya mau kuliah di jurusan tersebut dan nanti setelah lulus ilmunya mau diapakan. Nah, di awal wawancara ini saya tidak menyebutkan bahwa saya memiliki LoA dari kampus luar negeri. Tapi setelah cukup lama berkelit menjawab mengapa saya tidak mendaftar kampus LN, sang ibu psikolog ini tiba-tiba bilang “Kok sepertinya ada hal yang kamu sembunyikan ya?”. Disinilah akhirnya kemudian saya menunjukkan 2 buah LoA saya. Dan mereka pun bilang akan merekomendasikan agar saya bisa mendapatkan beasiswa ini dengan janji saya harus bisa mengejar tes TOEFL lagi sampai saya bisa mengajukan pindah universitas dan bisa mulai kuliah di bulan September.

Ternyata benar, saya lolos seleksi wawancara dan status saya berubah menjadi awardee LPDP. Setelah itu saya rutin mengikuti tes Toefl (kalau tidak salah 4x). Saya juga mengikuti les privat karena nilai saya hanya kurang beberapa poin saja dari angka 550. Waktu itu saya selalu ingat ada yang bilang bahwa kita tidak pernah tau pada usaha keberapa kita akan berhasil, dan yang bisa kita lakukan hanya berusaha dan berdoa. Saat mengambil hasil tes keempat, akhirnya saya berhasil menembus angka 550, dan melupakan hari terakhir les privat juga tes kelima. Saya langsung mengurus surat pengajuan perpindahan kampus tujuan dan mengikuti Program PK LPDP sebelum berangkat.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kuliah di Nottingham. Semua persiapan keberangkatan saya sangat mendadak karena waktu yang singkat ditambah libur puasa dan lebaran. Saya harus mencari tempat tinggal, mengurus segala dokumen, visa, dll, sampai tidak ada proper farewell dengan teman dekat. Alhamdulillah, 14 September 2014 saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Inggris, negara yang tidak pernah muncul di benak saya sebelumnya, apalagi bisa tinggal dan melanjutkan sekolah.

God’s plan was awesome, right?

10579980_10204075226857891_1559610044995655595_n

Foto PK 14 dan sertifikatnya. Sudah hampir 3 tahun lalu yaaa..